Sabtu, 11 Mei 2013

PUISI : TENTANG NARKOBA

YANG TERPENJARA

malam telah mabuk
kelap-kelip lampu diskotik
mengurai problema dan sesak
yang menghimpit tulang belulang
nafas menjadi nafsu berpeluh
hidup kukirim keruang kosong tanpa budaya
maka aku adalah pemilik bumi
sampai malam mengantar gincumu keperaduan
dibalik gemerlap itu
aku terpenjara

segelas minuman hangat
mengobati gelisah yang meracuni magrib
sebab kau pergi tanpa sepatah kata
lalu sepatuku
terluka ditepi jalanan
kerikil tajam
menggores percakapan kita tentang kebahagian para nelayan
yang mengarungi samudera luas
dalam dekap kehangatan itu
aku terpenjara

ketika kau suntikkan cairan itu dijasad ku
pergilah aku kedalam sunyi pengasingan
aku kian terluka

Tuhan....
ku mulai menghempas tubuh ini pada dinding penjara
ku mulai melafalkan bait-bait kebesaran
ku mulai meletakkan hina wajah ini di tanah
Mu
bersujud
dan bukalah pintu ini

aku terpenjara

----------------------------------------------------------------------------------


SAKAU

kebencian
yang datang tanpa mengetuk pintu
mencekik subuh
memanggang magrib dan menelan Isya' dalam bara
api yang menyala-nyala

detik memukul lonceng kematian
berdentang
menendang
memekakkan telinga jagat raya
apakah makna hidup pada saat kematian menemukan kuncinya

oooo
betapa perih kenyataan
sungai mengalirkan limbah kecerobohan
dari tanda tanya akan keindahan
lalu berubah menjadi
pengulangan rasa
ketagihan

ooo
sakau
bangkitkan aku dari kematian
mati rasa mati jiwa dan mati cinta
kembalikan aku pada
kehidupan

----------------------------------------------------------------------------------


MENCARI PIJAR

Gelap telah membatu dilorong-lorong
hitam menempel
dan mataku mencari makna yang kau kirim lewat bunga mawar dan secangkir kopi

kedalam jiwa aku berenang
mungkin permata tertanam disini.
diakhir pengembaran anak-anak merpati

dimana senja
dimana jingga

dimana pagi
kemana mimpi

semuanya menjadi satu warna menakutkan
yang menaklukan kesombonganku

maka semuanya menghilang dalam pertanyaan-pertanyaan
tanpa jawaban

Gelap tanpa pendaran cahaya
dimana pijar
yang merubah warna langit

dimana pijar yang menjadi penuntun jalan pulang
aku terpenjara berabad-abad
meratapi kepalsuan pil eksotan

----------------------------------------------------------------------------------


HIDUP SEKALI

hidup cuma sekali
kenapa kanvas sucinya
harus di warnai hanya dengan tinta hitam
jiwa disuramkan oleh sebutir debu
dan kita memandangnya
menangisinya
dan membunuh keberanian untuk hidup dan menantang kehidupan

hidup cuma sekali
kenapa kita harus mengisinya dengan pengahmbaan terhadap sebuah
pembangkangan
lalu ia memalingkan wajah kita dari sinar matahari
kearah kekelapan malam
yang menakutkan

Miras , narkoba dan perburuan pada kepuasan
lalu jiwa terjatuh pada reruntuhan tulang belulang
jadilah roh kita melayang-layang
mencari lentera atau pijar dikegelapan

hidup cuma sekali
maka ia harus tumbuh bersama bunga-bunga di musim semi
mewangikan zaman
bergerak dinamis dalam perubahan
----------------------------------------------------------------------------------


KENAPA KAU BERIKAN

Kenapa kau berikan setangkai kembang yang dulu mewangikan jagat
pada ruh dari kegelisahan
sekarang tangkai bunga itu telah menumbuhkan duri-duri yang memotong jalanan
menghapus jejak malaikat saat azan subuh berangkat pulang
sekarang daun -daun bunga itu
telah mengering
tertukar
sampah jalanan
terinjak

Kenapa kau berikan nafasmu terseret kebohongan
pelangi yang dilukiskan pada beratus batang jarum suntik
bong sabu
gelas-gelas minuman beralkohol tinggi
dan kini ia telah sesak terhimpit
bebatuan
tua
nafasmu menjadi cerobong asap kemakmuran semu

Kenapa kau berikan cita-citamu terbunuh
dan rohnya gentayangan mencari cita-cita pendek
menyesal
menangis
mengais sisa
sisa

----------------------------------------------------------------------------------

Tidak ada komentar:

Posting Komentar